Thursday, December 30, 2004


Ketika saya baca, saya hanya bisa menangis

Saturday, December 25, 2004

Menelusuri email lama

Kemaren iseng iseng buka ampir semua email meil yang pernah saya kirim ke milis, temen, ke rumah dll.. he.he... mennelusuri jejak kenangan lama eh ada satu tulisan yang saya tulis tanggal 23.Maret.20003 , isinya gini:
Panggil saja saya "Lanang", bocah ingusan yang nggak peduli sama apa
itu Politik atau Organisasi Partai dan tetekbengeknya.
Tapi nggak peduli mau manggil saya "lanang," "unang", "Gila..","wong
edan", "cah cilik", atau sebutan laen nggak peduli, karena saya nggak
pernah mengharapkan rayuan dari mulut yang berbusa.

Ha...ha....haaa..!
Jangan heran kalo saya lebih senag diam ketika disuruh menceritakan
kehidupan, karena terlalu gila untuk dijadikan sebuah cerita, atau
mungkin cerita yang paling bodoh yang pernah ada. tapi kalo ada yang
memaksa untuk cerita, saya coba dengan beberapa kata yang nggak
peduli buat mereka mengerti atau tidak.!!!

Salam dari Lanang di Köthen.

Hidup....!!!! Indonesia.....Merdeka..,
Diam bukan berarti tidak peduli....,
Diam bukan berarti menyerah.....,
Diam bukan berarti tidak....;
Diam bukan berarti ya.......,
diam bukan berarti tidak tau....,
teryata diam memiliki banyak arti.....;
kalo yang ini di tulis tanggal 5.Juni.2003 jam 1:35pm judulnya "Numpang lewat doang" saya kirim ke milis GCC_mania
Lewat gcc_mania.
Kalian Pasti Percaya kalo manusia dalam hidupnya pernah berbuat salah, pernah bikin orang tersinggung, kesel,jengkel, marah, dan segala sesuatu yang bikin nggak enak Ati.
Ilham ini cuma Manusia biasa yang pasti juga pernah bikin salah, pernah bikin kesel dan sebagainya, Makanya selagi Ilham masih ada kesempatan, lewat GCC_mania ini Ilham mau minta maaf sama Semua, Please maafin ya.....
salam-Ilham

Thursday, December 16, 2004

thanks mom

14 December, duh... hp di atas meja tiba tiba bunyi, "..am.., am.. ilham.." suara dari sebrang duh..., "ya.., mah.." . "ilham mamah kangen pengen denger suara ilham.." .

Pembicaraan singkat via telpon. layaknya orang tua sama anak, mulai naya kesehatan dll. "Makasih mah..."

Komisi Penyiaran Indonesia telah online


Selamat Atas diluncurkannya situs KPI online, Semoga kehadirannya membawa angin kesejukan dalam Penyiaran di Indonesia. Memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam "mendidik"seluruh media elektronik

Sukses terus...,

Sunday, December 12, 2004

Nikmat Yang Banyak

Udara yang memberikan kehangatan di kota Giessen, membuat hampir seluruh warga keluar untuk menikmati keindahan kota pada saat sommer. Pusat kota berubah menjadi lautan manusia, hampir tidak ada ruang yang tersisa, dari sudut jalan hingga bangku bangku taman. Di antara keramaian aku hanya duduk sendiri di bawah rindangnya pohon, menikmati riuhnya keramaian, memperhatikan lalu lalang manusia.

„hei.., junge man, was machst du hier?" tanya seorang nenek. Dengan dibantu tongkat dia berjalan bersama seorang laki laki yang juga sudah di penuhi uban, aku hanya tersenyum.

„nichst..!" jawabku, mereka juga tersenyum dan terus berjalan menjauh. Mungkin usia mereka sudah lebih 70 tahun, tapi tetap terpancar kesejukan dari wajah mereka. Entah mungkin hidup tanpa beban. Aku terus memperhatikan mereka yang terus menjauh dan menghilang dalam keramaian. Bayang bayang mereka yang tengelam dalam lautan manusia terus terpuruk dan benar benar lenyap. Aku tetap duduk dibangku memperhatikan keramaian kota yang mulai senyap,

Dari arah belakang seorang gadis muncul secara tiba tiba, aku hanya memandangnya secara sekilas tidak memperdulikan kehadirannya. Dia terus mendekat hingga berhenti di hadapanku.

„nama kamu siapa" tanyanya dengan senyuman, ku perhatikan selembar kain di kepalanya hampir menutupi setengah wajahnya,.

„rohman" jawabku dengan singkat.

„ typische Name, kamu bisa bahasa arab..?" Kini gadis itu duduk disebelahku, aku tidak memperdulikannya.

"tidak"

"tapi kamu bisa membacanya bukan..?"

„ja.., hanya membaca, tapi saya tidak mengerti"

Dia tersenyum dan duduk tepat disamping, aku hanya diam, sesaat kemudian dia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah Al-Quran, diletakkanya al-Quran tersebut di atas meja tepat di depan kami, jari telunjuknya berjalan menunjukan baris baris ayat yang tertulis, dia mulai membaca "Inna ‘athoina kalkausar".

Hanya satu ayat saja yang dia baca lalu diam kemudian tersenyum.Tapi apa yang dia baca tidak sama dengan apa yang tertera, bahkan jari jarinya berjalan ke arah kanan. entah apa maksudnya. Dia terus tersenyum, aku tetap diam, lidah terasa kaku badanku sedikit begetar karena gugup.

„tulisan arab di baca dari arah kanan" ucapku dengan kaku

Lagi lagi dia tersenyum lalu mengubah posisi duduknya hingga merapat. Jantungku tiba tiba berdenyut dengan cepat, sekali kali kulirik wajah, tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

„coba kamu baca" di letakannya Al-quran di hadapanku. Aku ucapkan basmallah
"Bismillahihirohmanirohim"

Belum lagi aku memulai membaca, tiba tiba dia menutup ayat dengan jari jarinya,

"hei.., bagai mana saya bisa baca, jika kamu menutupnya..!?" ucapku dengan sedikit kesal "saya bukan seorang hafidz..!, saya tidak hafal Al-Quran.!".

Dia hanya tersenyum, dimasukannya AL-Quran kedalam tasnya.kulirik wajahnya, tapi hanya garis garis merah dipipinya yang tampak. Dia merapat, mendekatkan wajahnya kearah telingaku sambil berbisik „Apa kamu mau apa bila ada seseorang yang selalu mengingatkan" sesaat hening,kulihat dia terus tersenyum, "abi, saatnya belajar mengaji" lanjutnya.

Aku diam kemudian menganguk, tak ada kata kata yang keluar dari mulut. Aku mencoba mencerna ucapannya, tapi hanya kebisuan yang ada. Gadis itu bangkit dan meninggalkanku yang terus terdiam dalam kekacauan, dia terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Hanya kebingungan yang dia tinggalkan.

Aku bangkit, kucoba mengejar gadis itu. Rasa lelah tidakku pedulikan tapi dia terus berjalan dan semakin jauh. Aku terus berlari berusaha mengejar bayang bayangnya, saat ini aku hanya ingin tahu „siapa gadis itu..?" aku terus berlari mengejar walau beberapa kali harus terjatuh. .

Dalam kesunyian terdengar suara adzan, aku terbangun palaku sedikit pening. Kuedarkan pandanganku, hanya ada hamparan buku dan kertas kertas yang berserakan.Kucoba mengingat apa yang terjadi,"Gadis itu.?",siapa gadis itu...?" aku mencoba coba menerka siapa dia, tapi hanya kekacauan saja yang ada, palaku semakin pening.

Dalam keheningan subuh kubaca dan mencoba memahami ayat demi ayat, „Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak". Dalam ruku,sujud hingga salam masih terbayang apa yang gadis itu bacakan, ucapanya masih menyimpan kekacauan dalam pikiran. „siapa gadis itu..?, mengapa dia hadir dalam mimpi.. ? "


Thursday, December 09, 2004

Göttingen 27-28. November

yah.., perjalanan Giessen-Göttingen lalu cukup memberikan kesan tersendirin. Akhirnya saya bisa mendengar banyak cerita, banyak pengalaman hidup, banyak nasehat dari temen temen. Seorang Jendral yang keras dan Puistis, belum lagi yang lainnya. cukuplah saya menjadi pendengar. he..he..he.., mencoba memulai dengan hidup baru sebagai seorang "Manusia".
Hidup sebagai seorang "Manusia", ya.. saya ingin memulai hidup sebagai seorang "Manusia" yang bisa menangis, tertawa, tersenyum, marah, bangga, kecewa, berkumpul dalam kehidupan Manusia. "Saayaaa Inginn Menjadi Manussiiiaaa....!"



Kiri Ke Kanan : Mochamad Apri, Jendral, Budi S., me, Dedy


Satria Baja Hitammm... "Berubah...!"

Sunday, November 14, 2004

Selamat Hari Raya IEDUL FITRI 1425 H.


Taqaballahu minna waminkum.
Temen temen nggak kerasa Ramadhan udah tinggal kenangan aja. Rasa kecewa karena belum bisa maksimal beribadah di bulan Ramadhan, rasa sedih karena Ramadhan kali ini terasa hambar. Rasa takut akan tidak berjumpa lagi dengan Ramdhan mendatang.
Jujur and jujur aja, Ramadhan kemarin buat saya terasa sepi, bukan karena tinggal di pelosokan yang membuat terasa sepi. Tapi "HATI" ini koq rasanya begitu kaku. Badan terasa lemah, pikiran kacau.
Tapi ada yang membuat saya bahagia di akhir Ramadhan kemarin, ada yang membuat saya bisa tersenyum. Semoga kebahagiaan ini bisa bertahan hingga Ramadhan depan.
Sekali lagi saya ingin mengucapkan:
"Mohon maaf lahir dan batin, Taqaballahu minna waminkum. Semoga Allah menerima segala amalan2 kita dan semoga kita kembalisuci amin."
Syawal 1425 H.

Monday, November 01, 2004

Slimzora :: Slim Jinzora Interface


Ust Muhd Nuruddin Al Banjari Al Makki

Slimzora :: Slim Jinzora Interface
Di sini Kamu kamu bisa mendengarkan Nasyid yang bagus bagus, dari Nasyid Kanak Kanak, dan bahkan juga ada Kumpulan Ceramah dari Ust. Aqeel Hayy, Ust Fisol, Ust Muhd. nuruddin Al Banjari Al Makki sampe Tazkirah Ust. Aa Gym.
Met' menikmati

Sunday, October 31, 2004

Kuda (belum selesai)

Udara terasa begitu dingin, tetesan air hujan yang semakin deras membuat malam terasa begitu sepi. Pukul 23:55 Kereta dari arah Frankfurt akhirnya tiba, segera ku kayuh sepeda menuju gerbong depan. Sepeda ku biarkan tersandar sementara aku mencari tempak duduk di bagian atas gerbong. Lampu lampu terlihat seolah olah berkelap kerlip akibat gerak kereta yang begitu cepat. Perjalanan akan terasa begitu lama, karena antara Bad Nauhem hingga Giessen kereta harus berhenti di beberapa stasiun stasiun kecil.

Layar penutup jendela kereta kuturunka, memang sengaja agar pikiranku tidak terus melayang melihat pemandangan di luar. Buku saku Juz Amma mulai kubaca, perlahan menghayati makna makna arti semua tulisan yang ada, hingga aku terdiam pada surat Al' Aadiyaat

"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah -engah"
"dan Kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)"
"dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,"
"maka ia menerbangkan debu,"
"dan menyerbu ke tengah tengah kumpulan musuh"

kubaca berulang kali lima ayat pertama surat Al'Aadiyaat, perlahan otakku berputar mencoba memaknai arti tulisan tersebut. Dalam pikiran hanya terbersit "seekor kuda yang gagah, yang terus berlari sekuat tenaga, tak peduli lelah hingga terengah-engah". Kubaca lagi secara perlahan kata demi kata, kalimat demi kalimat.
.
"dan Kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)"
"dan kuda yang menyerang dengan tiba tiba di waktu pagi"
"maka ia menerbangkan debu"
Begitu tangguhnya hingga setiap derap langkahnya menumbuhkan semangat yang besar. Dan kehadirannya menerbangkan dan menyinkirkan debu debu ( yang tak bernilai).
.
"dan menyerbu ketengah tengah kumpulan musuh"
.
"Astaghfirullah, keterlaluan sekali" batinku mengumpat, begitu beraninya mencoba mengartikan ayat ayat suci tanpa pengetahuan sama sekali,. Mencoba mengartikan kata demi kata layaknya sebuah tulisan biasa. Segera kumasukan Zuj Amma kedalam tas.
.
Sambil mengisi kekosongan ku mainkan tombol tombol HP, tadi pagi ada sms dari rumah , ku buka layar messeng. "Aa Ilham gmn koq dah lama g da kbrnya.Disini Almd4JJI Baik2x aja.Krng dah juz brp. skrg dah mlm k 16 loh. Saumnya dah da yg blg g." Aku hanya tersenyum kecut, entah kapan terakhir kali mengirim kabar ke rumah.
.
Mula mula hampir setiap minggu aku kirim kabar ke rumah, dan bahkan juga teman teman di masa sekolah, baik telpon, email atau sekedar kirim sms. Tapi dalam hitungan bulan mulai jarang dan bahkan entah kapan terakhir kirim kabar. Bukan karena fasilitas yang kurang, apa lagi di negeri Jerman yang serba ada. Tidak sulit jika hanya sekedar mengirim e-mail, tapi entah rasanya sulit untuk merangkai kata menjadi sebuah kalimat.
.
2 Tahun lebih di rantau rasanya begitu lama, putaran roda waktu yang terus bergulir meninggalkan mereka yang hanya duduk terdiam. Dan aku disini seperti dalam pengasingan, sendiri hanya menjadi pendengar yang tak bisa berbuat apa apa. "ya hanya pendengar" . 2 Tahun lalu aku mendengar Kakaku telah menikah, dan aku hanya bisa mengirim ucapan selamat, selang setahun aku telah memiliki keponakan. Tak berapa lama Kakaku yang kedua menyusul menghadiahkan aku seorang keponakan yang gagah. Tapi sayang aku belum bisa memeluknya.
.
Takdir memang telah di gariskan, bahwa aku disini hanya menjadi seorang pendengar. Disaat sepupuku harus tegar untuk bisa merawat buah hatinya seorang diri, " ya.., suami yang di harapkan menjadi teman hidup harus lebih dulu meninggalkan kehidupan". Aku hanya bisa berdo'a dan tidak lebih.
.
Pukul 00:25 , 3 menit lagi kereta tiba di stasiun Giessen, segera ku turuni tangga menuju gerbong bawah. Ku ambil sepedar yang tersandar, sambil menunggu kereta berhenti aku berdiri di depan pintu keluar.

to be continue (blom selesai)

Wednesday, October 27, 2004

Dasar Abu

Sekedar blog

Malem udah bener bener malem, bulan yang hampir purnama menyorot mengintai seluruh mahluk bumi yang sedang asik bergelut dengan dunia mimpi mimpi malam. Perlahan lahan Abu membuka pintu kamarnya, pukul 00:28 Abu baru pulang.

Sengaja abu tidak menyalakan lampu Floor, dengan meraba raba berjalan menuju dapur, perut yang baru sempat diisi roti sejak buka puasa tadi udah minta nuntut haknya lagi untuk diisi. Beras di masukan ke dalam rice cooker, wajan di taro di atas Elektroherd. Seperti menu sebelumnya antara Nasi Goreng, Mie rebus , atau telur dadar.

"yeh gagal..." abu ngedumel, telor dadar yang ancur lebih mirip bubur telor dari pada telor goreng. "dasar nggak bisa masak". sambil menunggu matangnya nasi. Komputer dinyalakan, iseng iseng baca baca email sekaligus chating, "Bandung2", sambil ngobati rasa kangen ngobrol pake bahasa sunda lewat layar maya.

to be Continue

Saturday, October 23, 2004

Muak

Saya memang bukan seorang petualang tapi entah mengapa begitu indah bisa berjalan sendiri diantara keterasingan dalam kesendirian. Ini bukan yang pertama bagi saya untuk hidup sendiri dalam ruang ruang kekosongan. Acap kali ketika kesuntukan datang menyerang, rasa sakit pasti menyertain dalam bayang bayang kekacauan.

Seperti saat ini dalam ruang kamar yang penuh sesak dengan bau aroma kebusukan, kekacauan. jangankan untuk dapat memejamkan mata dengan tenang, berdiri diam saja sudah membuat perut mual, muak ingin menhjirup udara segar kebebasan.

Monday, October 18, 2004

Wednesday, October 06, 2004

Selamat Jalan Jajang..

Sekedar blog

Innalillahiwa'innaillahirraji'un
Selamat jalan Jajang Suganda, Hanya 4JJI yang tahu apa yang kan terjadi esok. Sosok tinggi gagah yang kemarin masih di tengah tengah kita, sosok yang begitu arif dan dewasa, kini harus pergi meninggalkan kita untuk menjemput kehidupan abadi di alam lain.

Ya 4JJI hanya kau yang tahu apa yang terbaik bagi kami...,
"Berikan lah kepada kami apa yang benar benar baik.."

"Sesungguhnya kita adalah milik 4JII, dan kepada-Nya lah kita akan kembali. sesungguhnya kita kepada Tuhan kita akan di kembalikan. Ya 4JJI, catatlah ia berada dalam golongan orang-orang yang baik di sisi-Mu. Dan jadikanlah kitab catatanya pada illiyyin. Dan gantikanlah ia pada keluarganya yang tinggal. Dan janganlah Engkau jadikan kami terhalang mendapatkan pahalanya, dan jangan pula Engkau menguji dengan fitnah sepeninggalnya"

Monday, August 16, 2004

Mimpi

Kaos ku basah. Denyut jantung kencang dan keringatpun tumpah. Kuseka darah segar yang mengalir dari hidung. Entah sudah berapa lama aku terdampar dalam dunia yang tak ku kenal. Langkah kakiku gontai, beban tubuh ku yang ringkih tak mampu lagi di sangga......

Hampir aku menyerah dengan keadaan yang semakin payah, masker yang kugunakan telah berubah menjadi merah basah oleh darah, kucari satu tongkat yang bisa kugunakan untuk berjalan. Dalam kejahuan kulihat tongkat itu, tapi begitu jauh untuk bisa kuraih...

Udara semakin dingin, “haruskah aku menyerah disini…?”
Angin di luar bertiup dengan kencangnya memasuki ruang kamar melalui pori pori jendela tua, Kubiarkan tungku pemanas dalam keadaan mati, sementara aku berbaring dalam dekapan malam, dalam kamar yang penuh dengan beban. Kurapatkan penutup kantong tidur yang menyelimuti tubuhku. Dan berharap hari hariku akan menjadi indah mengikuti mimpi mimpi malamku.
Selamat malam......,

Monday, April 26, 2004

Sulis


Benturannya teryata terlalu keras untuk kepalaku, rasa sakit berubah menjadi nyeri yang menusuk nusuk hingga kesyaraf, aliran darah segar mengalir menetes kedahi

„Ya Allah...., saya terluka...“

Entah berapa lebar robekan di kepalaku, Aku hanya terduduk di lantai tak berdaya, sementara leherku mulai hangat dibasahi darah segar.

“Berapa banyak darah lagi harus kukeluarkan...!?”, tanya batinku. Setelah dua bulan aku melawan penyakitku agar tidak ada lagi aliran darah segar dari hidungku. Tapi..., sekarang justru begitu banyak darah yang mengalir dari kepalaku.

Aku diam, batinku terus berkecamuk, detak jantungku berdenyut begitu kencang hingga aku bisa merasakannya, sementara aliran air dari keran terus mengalir, sesaat kesadaranku hilang, hingga pintu kamar mandi bergerak terbuka.

“Ya ampun Ngim...!, kamu kenapa..!?” tiba tiba Sulis muncul dari balik pintu, raut mukanya begitu cemas melihat aku yang begitu lemah terduduk diantara beling-beling sisa pecahan cermin..

Dengan sigap Sulis mengambil handuk dan membasahinya dengan air hangat. Perlahan di basuhnya wajah serta leherku dari darah, sementara luka di kepalaku ditutupnya dengan tisu.

“Auw..!” teriakku, ketika Sulis mencoba menekan luka di kepalaku, agar tidak lagi mengeluarkan banyak darah. Tapi percuma, darah tetap menetes, meresap merubah warna tisu menjadi merah tua.

“kamu harus kedokter...!, lukamu parah..!”Tampaknya Sulis begitu panik, hingga tidak bisa mengatur tekanan suaranya.

“iya..”, jawabku datar, berusaha mengendalikan suasana.

Sulis berusaha membantuku untuk berdiri, tangan kananya mendekap bahuku sementara tangan kirinya memegang erat tangan kanaku yang melingkar di pundaknya.

“aku bisa jalan sendiri...” ujarku sambil berusaha melepaskan tangan kanannya dari bahuku.

Perlahan Sulis melepaskan tanganku, tatapanya penuh dengan kehawatiran, tampaknya dia begitu was-was akan keadaanku yang begitu banyak kehilangan darah. Aku merasa begitu bersalah membuat dirinya begitu cemas, sementara aku mengutuk diriku yang begitu lemah. Seandainya aku tahu akan seperti ini jadinya, mungkin aku tidak akan membenturkan kepalaku ke cermin, “ah.., semua sudah terjadi..”, teryata aku terlalu keras membenturkan kepalaku hingga cermin yang biasa tergantung di kamar mandi pecah menjadi keping kepingan kecil.

Bulan April masih menyisakan udara dingin pada saat malam, sementara orang orang sedang asik terlelap dengan mimpi-mimpinya, aku berjalan melewati gelapnya malam. Tak ada lagi kendaraan yang beroperasi pada malam seperti ini, kota kecil ini berubah menjadi kota mati pada malam hari, hanya kerlap kerlip lampu jalan saja yang tampak, tak ada lagi aktifitas, semuanya terlelap.

“Masih jauh..?”, tanyaku pada Sulis, seolah olah aku tidak lagi mengenal seluk beluk kota ini,

“kau lihat gedung tinggi itu..?”, kulihat tangan Sulis menunjuk gedung FH yang merupakan satu satunya gedung yang cukup tinggi, “Di belakang gedung itu kita bisa temukan Notartz”

“ya..” jawabku lemas di sertai anggukan kepala, tanda aku melihat gedung yang di tunjuk Sulis, mungkin hanya tinggal hitungan meter tapi terasa begitu jauh, sementara kepalaku terasa begitu hanggat oleh aliran darah. Kupercepat langkahku diiringi sulis di belakang, hingga sampai di depan gedung kecil bercat putih.

“Jangan banyak bergerak” ucap dokter sambil tangannya begitu cekatan membersihkan luka di kepalaku.

“Auw..!” jarum yang menusuk- nusuk di kepala begitu terasa, efek anestesik dari obat tidak begitu berpengaruh, perlahan dokter menjahit luka di kepalaku. Sekali kali kulirik luka di kepalaku melalui pantulan cermin. Sementara Sulis berdiri menatapku dengan penuh kehawatiran, “maafkan aku Sulis..” batinku.

Udara malam masih terasa dingin, seluruh kota masih tertidur, tak terkeculi di taman kota yang begitu ramai pada siang hari. Sementara aku dan Sulis masih diam, duduk dalam lamunan. Perlahan kulihat bintang bintang mulai pudar, sekali kali kulihat mata bulat Sulis menatap menerawang menembus jajaran bintang, seolah pikirannya ikut melayang terbang dalam kegelapan. Kubiarkan angin malam menusuk nusuk pori-poriku.

“Ngim..,kamu harus tenang..” ucap Sulis, sementara tatapannya masih menatap kelangit “kamu harus kuat.., kamu nggak boleh menyerah..” . Aku hanya diam menikmati dinginya malam.

“Ngim.., kamu nggak sendiri..!, masih ada saya..” perlahan nada suara Sulis mulai berubah naik turun mengikuti emosinya “jangan pernah merasa kecewa..!, jangan pernah mengangap ini akhir dari segalanya..!, Ngim..., ini justru adalah awal” kata kata Sulis begitu menusuk, seolah olah dia bisa membaca semua pikiranku.

Aku tetap diam, sementara memory otakku mulai beputar putar, kebekuan..., kesunyian..., kesendirian...., semuanya telah membuatku merasa tertekan. “ya... Allah.., mengapa aku begitu lemah..?, egois..?”. Kegagalan.., harapan yang mungkin terlalu tinggi sehingga aku merasa begitu kecil, tak berdaya dalam kesendirian.

Perlahan kubuka mataku, jam menunjukan pukul empat pagi, aku masih terbaring di atas kasur kamar. Ku raba kepalaku, tak ada bekas luka, tak ada bekas darah. Aku masih di kamar, sendiri tak ada Sulis, “ah..., mimpi itu..” Keningku mengerut mencoba mengingat-ingat mimpi itu .

“Pertanda apa ini..?” tanyaku dalam hati.

Kubangkit dari tempat tidur dan segera mengambil air Wudhu, masih ada waktu 20 menit untuk tahajud sebelum waktu subuh tiba. Di kamar mandi cermin masih tergantung pada tempatnya, dan tak ada bekas darah. Pikiranku sempat kacau mencoba mengingat semuanya “ya... itu mimpi..!, tapi mengapa Sulis..?!”



Ostanlage.
Giessen, 25.April 2004

Nb.
FH : Kampus
Notartz : Dokter darurar
Cerita ini di ilhami dari mimpi, tentunya dengan pengeditan/mimpinya di Edit ;-)
Telah dipublikasikan di situs Sarikata.com, Prayoga.net dan Kafemuslimah.com

Sunday, March 28, 2004

Suara

Suara dari mulut kami sudah nggak mungin lagi terdengar bagi mereka.., Suara kami begitu kecil di depan mereka, Suara kami sudah tidak berhaga lagi bagi mereka...!!!, Tapi saat ini. Justru saat ini suara suara kami sungguh diharapkan mereka, Suara kami merupaka Impian Mereka.

Persetan...!!!, hak hak kami untuk bersuara menjadi pesta besar bagi mereka.,berharap menjadi pemenang dari suara Kami. dan Melupakan kami ketika tlah kekal mereka dalam Kemenagan Semu.. Tertawa mereka, tersenyum mereka, Menari mereka, berteriak bahagia mereka, MEMBUNUH kami Mereka..!!!

Persetan...!!!, kantong kami kosong...!!!, berapa gudang yang hilang, di depan mereka tersenyum.., DAN di belakang kami siap Di todong dengan Kemunafikan, keserakahan, kesesatan, kesurupan, Persetan...!!!

Bukan bocah lagi yang menagis di belakan mereka, bukan lagi ibu hamil yang merintih kesakitan, bukan lagi suara pelajar yang berteriak akan himpitan peraturan, bukan lagi laki laki renta yang tersorok di selokan penuh sampah busuk.., Tapi...?, apakah mereka tau, kalo kini babi babi hutang harus mengungsi dari kandang...!! ,
Keserakahan mereka setelah suara kita di harapkan, anjing pun mengongong...!!!!!!
"lembaran lembaran daun hijau takut jatuh ketanah...?," hah.....!!!, itu cuma kata mereka, mana mereka tau berapa usia langkah langkah kami.

Boleh bilang mereka lebih kuasa dari Jendral, boleh bilang mereka lebih pintar dari Ilmuwan, boleh bilang mereka lebih cekatan dari atlit besar., Apa mereka tidak tahu kalo kami Jendral walau tanpa Bintang , kami juga berkuasa atas suara kami....!!!!, Merdeka atau MAti bukan hal yang baru bagi kami, Telanjang

Bendera boleh mereka banggakan, tapi apalah arti bendera mereka tanpa suara kami, Hai..., lucunya dunia mereka dan dunia Kami, satu diantara seribu, dan seribu diantara satu nggak pernah mungkin bersatu.., Secangkir kopi dan setumpukan koran sarapan bagi mereka..., tetesan keringat kami lebih berharga dari secangkir kopi...!!!, Tapi apa peduli mereka terhadap tetesan keringat kami..?,
Suara suara besar..., bukan dari mulut kami, Tapi satu suara kami begitu berharganya bagi mereka saat ini, "Duh..., kasian sekali mereka mengharapkan suara kami, ketika kami terlalu lelah untuk bersuara lagi" , sungguh malang mereka memohon suara kami saat ini, ketika kami terlalu lelah untuk bersuara lagi., “bodohnya..!” kenapa mereka minta suara kami sekarang...?, Kemana mereka kemarin saat kita bersuara, menyuarakan semua isi hati kami, tapi..., sekarang kami tlah habis, kami sudah tidak sanggup lagi bersuara....

Minta lah kepada mereka yang masih mau bersuara buat mereka , "dari mereka dan untuk mereka " (bisik dari bilik pemilu)

Sunday, March 21, 2004

Maafkan Saya Adam..


Panggil saja Adam, semenjak pulang dari acara Kongres Internasiona Mahasiswa Indonesia yang diadakan di Kassel, dia berubah. Perubahan yang entah ke arah postif atau justru ke arah negatif. Yang pasti tingkah lakunya menjadi sangat aneh. Kadang melamun, lalu tersenyum dan tiba tiba linglung sedih, perubahan ekspresi wajahnya begitu cepat. Saya sebagai temannya yang telah lama mengenalnya hampir 12 tahun, sungguh merasa khawatir dengan perubahan tingkah lakunya.

Adam yang kini saya kenal sungguh berbeda, seolah olah saya baru mengenalnya kemarin. Hari harinya kini lebih sering di habiskan menyendiri di kamar sambil membaca. Sejak dulu memang saya mengetahui bahwa Adam senang sekali membaca terutama novel atau cerpen, berbeda dengan saya yang tidak terlalu tertarik dengan buku, bahkan semasa di Jakarta hampir setiap dua minggu sekali Adam membeli minimal sebuah buku kumpulan cerpen atau novel dan tidak pernah sekalipun kegemaran membacanya menelantarkan aktifitas rutinya. Tapi sekarang hampir berjam-jam Adam membaca dengan ekspresi wajah yang begitu serius, tiba tiba tatapannya hilang, seolah olah sedang memikirkan suatu yang sangat berat, kemudian tersenyum atau lebih sering tampak murung.

Seperti hari kemarin, saya lihat Adam sedang asik membaca buku di dalam kamar. Bukan hobi membacanya yang membuat saya khawatir, tapi perubahan sikapnya. Berjam-jam membaca bahkan hingga tidak tidur semalaman, kemudian esoknya seperti beruang di musim dingin, tidur sepanjang hari dan bangun hanya sekedar untuk sholat dan merenung. Mungkin pada saat liburan semester seperti ini tidak terlalu menggangu aktifitas kuliah, tapi masalahnya liburan tinggal beberapa hari lagi, jika kelakuan Adam belum berubah juga bisa-bisa menggangu kuliahnya, padahal target untuk lulus dengan tepat waktu bukan hal yang mudah disini.

Hal ini pulalah yang cukup membingungkan saya, sebagai teman dekatnya sungguh saya sangat merasa heran dan bingung. Pernah satu malam saya terjaga ketika mendengar Adam menangis, saya lihat pundak Adam bergoyang mengikuti isakan tangisnya di atas tempat tidur. Dengan ragu saya hampiri, kebetulan tempat tidur kami tidak berjauhan. Hati-hati saya menepuk pundaknya sambil berharap tangisnya berhenti. Tapi saya lihat mata Adam tertutup dan wajahnya tanpa ekspresi….. “Ya..Allah..!,dia menangis dalam keadaan tidur…!”

Paginya dengan penuh rasa penasaran saya tanya dia “Dam…, semalam loe nangis ya..?” sebenarnya saya sedikit ragu menanyakan hal ini, takut dia tersinggung atau marah, tapi…, kehawatiran saya tidak terbukti Adam hanya diam sejenak lalu berusaha membelokan pertanyaan saya dengan humornya yang terasa dipaksakan “ah.., masa sih..!?, salah denger kali, atau loe.. mimpi kali yee..!,” mengikuti gaya bicara Dewi hughes. Melihat Adam yang berusaha menghindar dari pertannyaan, itu berarti dia tidak mau menceritakan atau berusaha untuk saya tidak membahasa hal tersebut. Saya hanya berharap suatu saat Adam mau bercerita atau setidaknya dia kembali seperti semula, sehingga tidak menggangu aktifitas kuliahnya.

Setelah saya perhatikan perubahan Adam, beberapa hal yang mebuat sedikit lega, setidaknya Adam masih tetap mau jika saya ajak bicara, walau terkadang dia sedikit tertutup. Dan sekarang jika saya melihat Adam sedang merenung, pasti selang beberapa saat Adam akan segera mengambil wudhu, „ mau sholat istikharoh..,” jawabnya singkat, jika saya tanya. Dari jawaban tersebut saya bisa sedikit menyimpulkan bahawa Adam sekarang sedang menghadapi suatu masalah, atau setidaknya sedang memilih dua hal yang sangat membingungkan dirinya.

Sebenarnya saya ingin membiarkan perubahan sikap pada diri Adam, karena saya pikir pasti setiap orang memiliki sisi yang tidak kita ketahui dan ingin memiliki Privacy yang tidak mau di masuki oleh orang lain, walau saya sudah mengenal Adam lebih dari 10 tahun. Apa lagi Adam lebih suka menyendiri. Saya masih ingat saat dia terpilih menjadi ketua OSIS di sekolah kami, Adam justru tampak bingung, bahkan hampir setiap hari dia minta nasehat-nasehat saya.

“gimana gw nggak bingung..!, loe tau sendiri, gw lebih suka nongkrong di taman belakang sekolah dari pada ngumpul sama anak-anak“ dari tatapan matanya memang saya tahu saat itu Adam sedang bingung. “gw nggak deket sama anak-anak, eh..trus dipilih jadi ketua OSIS, mana bisa..!, gw kan nggak bisa berorganisasi..!”

“nah..!?, gw sendiri bingung.., loe yang nggak pernah ikut-ikutan acara OSIS, tahu-tahunya kepilih jadi ketuannya, gimana ceritannya…?” tanyaku nggak kalah heran

„kemaren sore gw di suruh dateng sama anak-anak kelas tiga ke Aula, ya.. gw dateng aja, eh.. tau-taunya ada acara pemilihan OSIS, ya.. gw masuk..., gw nggak ngira kalo nama gw di cantumin sebagai salah satu kandidat sama anak kelas tiga, trus gw di suruh duduk di bangku depan bareng yang laen, mana gw di suruh orasi di depan Aula lagi.., ya... karena gw ngga ada persiapan gw nggak banyak omong, paling cuma bilang gw bakaln siap kalo emang di butuhin di OSIS, tapi.... maksud gw waktu itu bukan untuk menjadi ketua OSIS, tapi siap bantu aja...“ muka serius Adam tampak begitu polos, saya tahu saat itu Adam memang benar benar dalam keadaan bingung, tidak ada niat untuk sombong karena terpilih menjadi ketua OSIS.

Semua teman-teman di sekolah kamipun mengenal siapa Adam, Apa lagi anak-anak kelas tiga yang sering minta bantuan Adam untuk persiapan EBTANAS yang sebagian besar materinya adalah materi kelas dua, memang bukan tidak beralasan meminta bantuan Adam, nilainya begitu menonjok pada pelajaran Fiska dan Ilmu Resep. Dan anak-anak kelas satu mengenalnya sebagai kutu buku belakang sekolah, karena Adam sering terlihat di taman belakan sekolah dengan buku-bukunya. Sedang menurut saya Adam adalah sosok sahabat yang begitu misterius, kadang sikapnya kekanak-kanakan dan lebih sering menyendiri, tidak banyak bicara.

Bagain manapun juga Adam adalah teman seperjuagan saya yang begitu dekat,, Mungkin bagi mereka yang belum pernah mengenal kami, mengira kami bersaudara, walau kami memiliki watak yang berbeda tapi kami hampir selalu hadir bersama, bukan hanya dalam sekolah, juga dalam keseharian, bahkan setelah menamatkan sekolah farmasi saya dan Adam bekerja di sebuah perusahaan farmasi yang sama dan berhenti pada saat yang bersamaanan dengan alasan yang sama, „kuliah“ . Dan kini kami kuliah di tempat yang sama, tinggal satu rumah.

Sebagai teman yang paling dekat dengannya saya merasa ikut bertanggung jawab dengan segala perubahan yang terjadi dengan diri Adam. Tanpa sepengetahuan Adam saya mencoba menghubingin teman teman di Kassel melalui telepon, setidaknya saya bisa tahu aktifitas apa saja yang dilakukan Adam selama di Kassel, tapi hasilnya belum juga menunjukan jalan terang,

“ wah.., yang gw tau Adam disini cuma numpang tidur, paling-paling bangun cuma buat makan trus baca buku sambil tiduran, emang kenapa sih..?“

„nggak papa sih.., cuma koq sehabis dari Kassel Adam jadi lebih sering diem“

„lah..?! bukannya dari dulu juga Adam emang pendiem..?“

“Iya…, tapi koq jadi aneh gitu..!”

“aneh gimana, maksud loe..?”

“ya…, aneh aja.., oke deh thanks ya.., gw masih ada kerjaan nih”

Temen temen yang lain juga cuma bisa ngasih jawaban yang sama. Selama di Kassel Adam cuma tidur dan makan, nggak ada aktifitas yang aneh atau apalah.., Percuma menanyakan hal ini kepada mereka, karena Adam memang agak tertutup. Jika ada seorang sahabat yang sangat dekat dengannya, itu adalah saya.

Karena tidak banyak hal yang bisa saya lakukan, kecuali hanya bersikap seperti biasa.,”toh Adam adalah Adam, sosok sahabat yang sedikit misterius”. Sebenarnya masih ada satu cara yang bisa memecahkan teka teki ini, “Tulisan Adam”,.Selain membaca, Adam juga sangat suka dalam kegiatan menulis, beberapa tulisannya biasanya merupakan isi hatinya, kadang berupa puisi, cerpen, ataupun tulisan tulisan bebas. Tapi untuk bisa membaca tulisannya saya sedikit ragu, saya hawatir Adam akan tersinggung. Tapi rasa ingin tahu itu lebih besar, “Ada apa dengan Adam..?”

Setelah hampir lima hari Adam diam dirumah akhirnya dia harus ke luar rumah untuk pergi belanja. Untuk menghemat pengeluaran memang kami sengaja membagi jadwal belanja, dan minggu ini giliran Adam untuk belanja, dan seperti biasa Adam mengajak saya untuk menemaninnya. “temenin belanja yuk...!, males nih jalan sendiri..,” . Dengan pura-pura sibuk saya menolak ajakan Adam, telah bulat tekat untuk mengetahui segala rahasia dibalik perubahan Adam, “duh.. sorry deh.., gw lagi nggak enak badan neh.., mana gw lagi nyalin catetan semester kemaren nih..” jawabku, berharap Adam tidak terus membujuk untuk di temani. “Oke deh.. gw jalan dulu ya..!” akhirnya pergi juga Adam.

Dengan hati-hati saya intip dari jendela, Adam kelihatannya sudah pergi. Dengan tergesa saya segera menuju meja belajar Adam, buku-buku tanpa tersusun rapi, majalah, novel, buku catatan tertata di pojok kiri meja, sedang kertas kertas file tersusun di laci. Satu persatu saya bolak balik kertas HVS yang tersimpan di laci meja belajarnya. Beberapa file saya temukan, satu persatu saya buka file-file tersebut. Tapi yang saya temukan hanyalah file-file dari beberapa materi kuliah, tidak ada satupun jawaban yang bisa memecahkan teka teki Adam.

Rasa ingin tahu masih terus menggangu pikiran, dengan rasa penasaran saya coba membuka buku-buku catatan Adam. Di samping buku-buku catatan Adam, saya temukan beberapa majalah dan artikel, satu persatu saya baca judul artikel-artikel tersebut, “Bekerja Sama Mengurus Rumah Tangga” , “Bijak Menyikapi Proposal Nikah” , “Multi Peran Suami” , “Biarkan Anak Belajar Memahat” , dan beberapa buku tentang nikah..”Ya..Allah..!, inikah jawabanya...?” Beberapa tulisan tangan Adam terselip di antara artikel artikel tersebut,


Kupeluk ia dengan sepenuh-penuh rindu
Namun terobatikah rindu setelah itu?
Kukecup bibirnya demi melepaskan tuntutan gejolak hati
Namun ia semakin menjadi-jadi
Sepertinya kegelisahan jiwa tak bisa terobati
Kecuali jika kedua nyawa ini bertemu (dalam ikatan suci)
“Ibnu Ar Rumi”




"Dan nikahkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak nikah di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui" (An Nur: 32)

" Barang siapa telah mempunyai kemampuan untuk menikah kemudian ia tidak menikah maka dia bukan termasuk umatku"(HR. Thabrani dan Baihaqi)

Jika ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik terlebih dahulu. Jika ingin mendapatkan istri yang salehah, jadikan diri anda saleh terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana anda menuntut istri anda sekualitas Fatimah, sedangkan anda sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin anda berharap istri anda setabah Sarah dan Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita yang kaji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An Nur: 26)


Dan beberapa tulisan yang entah dikutip dari mana atau tulisan pribadinya, hampir semuanya bertema Nikah, Inikah yang membuatmu berubah Adam..?, inikah yang kau cemaskan akhir akhir ini..?, inikah yang kau bingungkan saat ini..?.

Sekilas terlintas sosok Adam dalam benak, sosok yang begitu misterius, pendiam, dan kadang kekanak-kanakan. Sosok yang telah menjadi sahabat saya lebih dari 10 tahun kini sedang resah dengan pernikahan. Sungguh di usianya yang menginjak 23 tahun Adam telah berpikir untuk menikah. Di sela sela kesibukan kuliahnya Adam telah mencoba untuk menggenapkan setengah dari Dien-nya.

Maafkan saya Adam.., entah apa yang harus saya lakukan sekarang untuk membantumu, karena saya sendiri tidak memiliki ilmu tentang ini, hanya do’a yang saya bisa bantu untukmu sahabatku Adam. Semoga Allah memberika yang terbaik untukmu, semoga Allah menjawab Istikharahmu.

Tak terasa titik bening air mata keluar dari mata ini, beberapa tulisan Adam dan beberpa kutipan hadis dan Ayat Al-Quran begitu mengoyahkan hati. Saat pertanyaan ini telah terjawab, kini justru timbul pertannya baru dalam hati, pertannyaan yang sangat meresahkan pikiran, “Apakah saya telah siap untuk menikah…?”



Ostanlage. 20.Maret.2004.
Giessen-Germany

Telah di publikasikan di Prayoga.net , Sarikata.com

Monday, February 16, 2004

Kecewa

Ostanlage, jam 12.50

Siang yang lumayan anget, setelah beberapa hari nyelimutin Ostanlage dengan salju, cuaca yang cocok banget buat tidur siang di temenin musik ringan dari Mandy more, jadi ngiget film Walk to Remember. Seperti biasa si ali nimbrung numpang bobo dikit di kamernya Tito.sambil ngebayangin jadi orang beken atawa jadi Ilmuwan yang sukses di Jerman.

"To.., nanti sore ke Darmstadt yuk..!"

"ngapain li..., gw cape neh."

"gw juga males sih..., tapi Mbak Yuli mau pulang abis besok."

"mbak Yuli mana..?"

"Istrinya mas Iwan, si Irfan udah di sonoh.."

"ya udah.., nanti sore deh.."

aber plötzlich, hp ali bunyi "tit...tit....tit...", eh.. ada sms. "Ali bisa bantu nggak, bawa barang banyak nih (dari mas Iwan &Yuli) kita berangkat jam 14, nanti di kasih kabar lagi. danke aww". Duh baru mau bobo dikit udah kudu jalan neh..

"To.., ambil wudhu.., kita berangkat sekarang sholat di Zug"

"lah..? katanya mau sore, gimana sih bang ali"

"tuh..!, udah di kirim sms, udah lah gw jalan, ikut kaga..?"

"Tungguin di bawah ya.."

"cepetan..!".

Udah kaya dapet Lotto 1 M aja, Ali langsung go lari kebawah siap siap ngejar Zug yang 13 lewat 20. Peduli lampu masih merah yang penting kudu nyampe DB secepatnya..! Dasar anak kampung, nyebrang sembarangan, "Peduli..!" batin si ali

"li..li.., itu no lima..!"

Kaga pake komando lagi langsung tuh bus di kejar, padahal mayan jauh tuh bus berentinya.

"heh..heeeehhhh...hehh.." napas ali ngos-ngosan "To..!, schaffen nggak neh..?"

"kayanya sih kaga.., mening telpon aja dulu..!"

"punya no telpon mas Iwan to..?"

"kayanya nggak deh.."

"ya.., udah nanti di Bahnhof aja nelponya, kaga punya pulsa neh.."

Dasar Mahasiswa cekak, tau udah berapa lama tuh Hp cuma bisa nerima telpon kalo nggak sms doang.



Bahnhof Giessen, 13 lewat 24

"wah to.., udah jalan..."

hp ditangannya dipencet-pencet, trus dibaca lagi tuh sms, kaya titonya bolot, "jam 14 to..!"

"ya udah telpon aja, ada no pengirimnya kan..?"

"ada.., tapi dikirimnya pake cojak..!"

"ya udah telpon..."

si ali krusak krusuk nyari koin di kantong jaketnya, kali aja ada yang nyelip, but nihil..!. trus di buka juga dompenya, cuma ada satu lembaran 5 euro, ama satu logam 1 euro.

"To.., ada 50 cent-an nggak..?, tuker dong..!"

"neh pake aja.., "

"plug..plug...plug.." koin dimasukin ke telpon umum di DB, trus tangan si ali asik mencet mencet nomor yang ada di Hpnya. "teeetttt...tteeeettt..", hem.., koq nggak diangkat..?

"hallo...," eh.., disebrang ada suara cewe, si ali jadi raga grogi gitu, tampangnya mirip boneka unyil, lucu ngegemesin. dasar cowo kampung..!

"eh.., hallo., ini ali.., eehm.. tadi ngrim sms ya..?"

"nggak..!" udah kaya kesamber petir di siang bolong "jeger...!" si ali bengong bentar denger jawaban dari tuh cewe.

"eh.., ya udah nggak pa'pa.., danke"

"gimana..?," tito yang dari tadi di samping ali nanya udah nggak semanget lagi, gara gara salah kostum.., udara lumayan anget malah pake jaket tebel.

"katanya bukan dia yang ngirm to..," si ali jadi lesu gitu "sial..!, pasti deh ini kerjaan si Irfan"

Tanpa komado ali mencet mencet lagi tombol tuh telpon umum

"ya..hallo..," suara sok lembut irfan di sebrang udah bikin gerah aja..

"eh.., loe barusan ngirim sms..?"

"iya.., jadikan..?"

"kaga tau.., gw udah di Bahnhof neh.., nanti deh"

"tut...tuttt.....tutt....." koin di telpon abis, gagang telpon disimpen lagi di tempat asalnya,

"sial..!, bener bener tuh anak ngerjain gw.."

"trus sekarang giman..?," kasian si Tito jadi ikut korban.

"ya.., udah terlanjur, sekalian aja ke DArmstadt, ketemu mas Iwan, ngobrol sebentar trus pulang"

"emang bener mbak Yuli mau pulang besok..?"

"kata si Irfan sih.."

"kenapa nggak di telpon aja dulu"

"males ah.."

"sini gw yang nelpon"

Tito yang udah kecapean dari kassel, ngegantiin posisi ali berdiri di samping Telpon umum, "plug..plug..plug.."

"bacain nomor si Irfan"

"baca aja sendiri to, gw udah males dah.."

Ngeliat bangku kosong Ali langsung aja ngeloyor ninggalin tito di telpon, "cape.., mening duduk " batin ali. nggak berapa lama tito nyamperin.

"suwe..!, bener bener dah si Irfan tanggal 27, pulangnya.."

"trus sekarang ngapain..?," ali jadi lesu gitu

"udah balik..!"

"tapi udah terlanjur di bahnhof, to.."

"Kaga kita balik "

Perang di dalem batin si ali berkecamuk kenceng, balik..?,kaga...?, balik...?,kaga...?, balik...? kaga...?.

"udah cepetan balik blom sholat neh...," tito udah kaga sabar minta balik"ya udah lempar koin to..!, kalo angka kita ke DArmstadt, kalo bukan kita balik" jawab ali sedikit seneng, kaga usah mikirin kata hatinya.tinggal lempar koin, jawaban langsung ada. "lemparnya pake bismillah to..!"

"klincing..!" koin di lempat tito kebawah dan teryata.......................... "bukan angka,,,,!" langsung ali diri dari duduknya jalan ke luar Db dengan sedikit rasa kecewa. "gimana nggak kecewa, udah di boongin..!"

"dah to.., kaga jadi kita ke Darmstadt.., gw males...!, langsung balik terus sholat"

"yuk dah..!"

"abis sholat, gw mau ke FH, ngirim email ke Irfan..!, ,mau nyaci maki tuh anak.."

Udara udah panas bukan aget lagi. ali ama tito pulang balik ke Ostanlage naek Bus nomor Dua, turun di Markplatz. dari Markplazt jalan kaki sampe Ostanlage.

Hik...hik...hik...., dengan penuh kecewa segera si Ali pergi ke Fh setelah Sholat, di bukanya www.yahoo.de trus buru buru di maenin tuh mausnya sekali "klik" langsung layar mail terbuka. Tanpa komando si aLi langsung nulis email buat Irfan habibie denag judul "KECEWA"


Keterangan :
Ostanlege = Nama Jalan di Giessen
Darmstadt = Nama Kota di Jerman
pulang abis = Pulang ke Indonesia untuk selamanya
aber plötzlich = Tapi tiba-tiba
Zug = Kereta
Lotto = Undian berhadiah
DB (Deutsch Bahn) = Perusahaan kereta Jerman
Giessen = Nama kota di Jerman
Bahnhof = stasiun Kereta
euro = mata uang Eropa
cojak.net = nama situs buat sms gratis antar hp jerman
danke = terima kasih
suwe = sial..
FH (Fachoschule) = kampus
Markplatz = Nama Jalan (pusat perbelanjaan)

Thursday, January 22, 2004

Tongkat

Bersama resahnya hati kumenanti hari dengan pertanyaaan yang tak pernah dapat kujawab.Dan esok tetap sama,hilang......tak ada yang berubah. Begitu lelah,..begitu renta.Sememtara waktu penantian kian dekat menghampiri diriku...., hari penghakiman (pengusiran. red.)

Dan aku tetap kaku dalam keadaan yang sama, Tenggelam dalam sepi hari yang tak pernah memberikan sedikit senyum kedamaian dihatiku. Tak ada badai yang menghancurkan jiwaku, cuaca begitu tenang membisu dalam dinginnya udara winter. Hari-hariku terlalu pucat tanpa warna seperti karang yang menunggu hantaman ombang tuk menghancurkan dirinya.

Padahal akupun ingin merasakan kerasanya tamparan dalam berjuang. Ingin kutahu nikmatnya sebuah kemenangan atas perjuangan. Ingin ku kecap rasanya jatuh dan kembali bangkit dalam setiap langkah perjuangan. Namun tak ada pegangan yang dapat dijadikan sandaran atau teman dalam terus berjalan.

Dan Kebekuan ini perlahan merobek hatiku tanpa perlawanan sama sekali. Kalupun ada hanya tamparan makin keras yang kan membawa diriku dalam kehancuran. Aku harus kalah, biarlah kurasakan tamparan ini agar aku kuat..., agar aku berani menantang hidup. Agar ada ketegaran yang membuatku merasa benar benar hidup.

Kuingin ada tongkat yang dapat membuatku tetap berdiri lalu pergi melaju tanpa henti menghampiri kemenangan. Atau biarkan ku bawa pisto dalam gengaman dan kan kutodongkan kepada setiap Orang....!
Karena aku manusia Biasa bukan separu dewa. Meski tenang aku kan terus berjuang entah dengan kegagalan

Tuesday, January 06, 2004

Yang Mau Ujian


Yang Mau Ujian neh.., kudu bener bener siap, nggak cuma siap materi tapi juga jaga kesehatan. Jangan sampe pas hari H-nya malah tewas kaga bisa ikut ujian. Duh.., yang namanya ujian pastinya deh bikin dag dig dug.., apa lagi kalo belum siap kaya gini neh.. he..he.. ;-) .