Sunday, March 28, 2004

Suara

Suara dari mulut kami sudah nggak mungin lagi terdengar bagi mereka.., Suara kami begitu kecil di depan mereka, Suara kami sudah tidak berhaga lagi bagi mereka...!!!, Tapi saat ini. Justru saat ini suara suara kami sungguh diharapkan mereka, Suara kami merupaka Impian Mereka.

Persetan...!!!, hak hak kami untuk bersuara menjadi pesta besar bagi mereka.,berharap menjadi pemenang dari suara Kami. dan Melupakan kami ketika tlah kekal mereka dalam Kemenagan Semu.. Tertawa mereka, tersenyum mereka, Menari mereka, berteriak bahagia mereka, MEMBUNUH kami Mereka..!!!

Persetan...!!!, kantong kami kosong...!!!, berapa gudang yang hilang, di depan mereka tersenyum.., DAN di belakang kami siap Di todong dengan Kemunafikan, keserakahan, kesesatan, kesurupan, Persetan...!!!

Bukan bocah lagi yang menagis di belakan mereka, bukan lagi ibu hamil yang merintih kesakitan, bukan lagi suara pelajar yang berteriak akan himpitan peraturan, bukan lagi laki laki renta yang tersorok di selokan penuh sampah busuk.., Tapi...?, apakah mereka tau, kalo kini babi babi hutang harus mengungsi dari kandang...!! ,
Keserakahan mereka setelah suara kita di harapkan, anjing pun mengongong...!!!!!!
"lembaran lembaran daun hijau takut jatuh ketanah...?," hah.....!!!, itu cuma kata mereka, mana mereka tau berapa usia langkah langkah kami.

Boleh bilang mereka lebih kuasa dari Jendral, boleh bilang mereka lebih pintar dari Ilmuwan, boleh bilang mereka lebih cekatan dari atlit besar., Apa mereka tidak tahu kalo kami Jendral walau tanpa Bintang , kami juga berkuasa atas suara kami....!!!!, Merdeka atau MAti bukan hal yang baru bagi kami, Telanjang

Bendera boleh mereka banggakan, tapi apalah arti bendera mereka tanpa suara kami, Hai..., lucunya dunia mereka dan dunia Kami, satu diantara seribu, dan seribu diantara satu nggak pernah mungkin bersatu.., Secangkir kopi dan setumpukan koran sarapan bagi mereka..., tetesan keringat kami lebih berharga dari secangkir kopi...!!!, Tapi apa peduli mereka terhadap tetesan keringat kami..?,
Suara suara besar..., bukan dari mulut kami, Tapi satu suara kami begitu berharganya bagi mereka saat ini, "Duh..., kasian sekali mereka mengharapkan suara kami, ketika kami terlalu lelah untuk bersuara lagi" , sungguh malang mereka memohon suara kami saat ini, ketika kami terlalu lelah untuk bersuara lagi., “bodohnya..!” kenapa mereka minta suara kami sekarang...?, Kemana mereka kemarin saat kita bersuara, menyuarakan semua isi hati kami, tapi..., sekarang kami tlah habis, kami sudah tidak sanggup lagi bersuara....

Minta lah kepada mereka yang masih mau bersuara buat mereka , "dari mereka dan untuk mereka " (bisik dari bilik pemilu)

Sunday, March 21, 2004

Maafkan Saya Adam..


Panggil saja Adam, semenjak pulang dari acara Kongres Internasiona Mahasiswa Indonesia yang diadakan di Kassel, dia berubah. Perubahan yang entah ke arah postif atau justru ke arah negatif. Yang pasti tingkah lakunya menjadi sangat aneh. Kadang melamun, lalu tersenyum dan tiba tiba linglung sedih, perubahan ekspresi wajahnya begitu cepat. Saya sebagai temannya yang telah lama mengenalnya hampir 12 tahun, sungguh merasa khawatir dengan perubahan tingkah lakunya.

Adam yang kini saya kenal sungguh berbeda, seolah olah saya baru mengenalnya kemarin. Hari harinya kini lebih sering di habiskan menyendiri di kamar sambil membaca. Sejak dulu memang saya mengetahui bahwa Adam senang sekali membaca terutama novel atau cerpen, berbeda dengan saya yang tidak terlalu tertarik dengan buku, bahkan semasa di Jakarta hampir setiap dua minggu sekali Adam membeli minimal sebuah buku kumpulan cerpen atau novel dan tidak pernah sekalipun kegemaran membacanya menelantarkan aktifitas rutinya. Tapi sekarang hampir berjam-jam Adam membaca dengan ekspresi wajah yang begitu serius, tiba tiba tatapannya hilang, seolah olah sedang memikirkan suatu yang sangat berat, kemudian tersenyum atau lebih sering tampak murung.

Seperti hari kemarin, saya lihat Adam sedang asik membaca buku di dalam kamar. Bukan hobi membacanya yang membuat saya khawatir, tapi perubahan sikapnya. Berjam-jam membaca bahkan hingga tidak tidur semalaman, kemudian esoknya seperti beruang di musim dingin, tidur sepanjang hari dan bangun hanya sekedar untuk sholat dan merenung. Mungkin pada saat liburan semester seperti ini tidak terlalu menggangu aktifitas kuliah, tapi masalahnya liburan tinggal beberapa hari lagi, jika kelakuan Adam belum berubah juga bisa-bisa menggangu kuliahnya, padahal target untuk lulus dengan tepat waktu bukan hal yang mudah disini.

Hal ini pulalah yang cukup membingungkan saya, sebagai teman dekatnya sungguh saya sangat merasa heran dan bingung. Pernah satu malam saya terjaga ketika mendengar Adam menangis, saya lihat pundak Adam bergoyang mengikuti isakan tangisnya di atas tempat tidur. Dengan ragu saya hampiri, kebetulan tempat tidur kami tidak berjauhan. Hati-hati saya menepuk pundaknya sambil berharap tangisnya berhenti. Tapi saya lihat mata Adam tertutup dan wajahnya tanpa ekspresi….. “Ya..Allah..!,dia menangis dalam keadaan tidur…!”

Paginya dengan penuh rasa penasaran saya tanya dia “Dam…, semalam loe nangis ya..?” sebenarnya saya sedikit ragu menanyakan hal ini, takut dia tersinggung atau marah, tapi…, kehawatiran saya tidak terbukti Adam hanya diam sejenak lalu berusaha membelokan pertanyaan saya dengan humornya yang terasa dipaksakan “ah.., masa sih..!?, salah denger kali, atau loe.. mimpi kali yee..!,” mengikuti gaya bicara Dewi hughes. Melihat Adam yang berusaha menghindar dari pertannyaan, itu berarti dia tidak mau menceritakan atau berusaha untuk saya tidak membahasa hal tersebut. Saya hanya berharap suatu saat Adam mau bercerita atau setidaknya dia kembali seperti semula, sehingga tidak menggangu aktifitas kuliahnya.

Setelah saya perhatikan perubahan Adam, beberapa hal yang mebuat sedikit lega, setidaknya Adam masih tetap mau jika saya ajak bicara, walau terkadang dia sedikit tertutup. Dan sekarang jika saya melihat Adam sedang merenung, pasti selang beberapa saat Adam akan segera mengambil wudhu, „ mau sholat istikharoh..,” jawabnya singkat, jika saya tanya. Dari jawaban tersebut saya bisa sedikit menyimpulkan bahawa Adam sekarang sedang menghadapi suatu masalah, atau setidaknya sedang memilih dua hal yang sangat membingungkan dirinya.

Sebenarnya saya ingin membiarkan perubahan sikap pada diri Adam, karena saya pikir pasti setiap orang memiliki sisi yang tidak kita ketahui dan ingin memiliki Privacy yang tidak mau di masuki oleh orang lain, walau saya sudah mengenal Adam lebih dari 10 tahun. Apa lagi Adam lebih suka menyendiri. Saya masih ingat saat dia terpilih menjadi ketua OSIS di sekolah kami, Adam justru tampak bingung, bahkan hampir setiap hari dia minta nasehat-nasehat saya.

“gimana gw nggak bingung..!, loe tau sendiri, gw lebih suka nongkrong di taman belakang sekolah dari pada ngumpul sama anak-anak“ dari tatapan matanya memang saya tahu saat itu Adam sedang bingung. “gw nggak deket sama anak-anak, eh..trus dipilih jadi ketua OSIS, mana bisa..!, gw kan nggak bisa berorganisasi..!”

“nah..!?, gw sendiri bingung.., loe yang nggak pernah ikut-ikutan acara OSIS, tahu-tahunya kepilih jadi ketuannya, gimana ceritannya…?” tanyaku nggak kalah heran

„kemaren sore gw di suruh dateng sama anak-anak kelas tiga ke Aula, ya.. gw dateng aja, eh.. tau-taunya ada acara pemilihan OSIS, ya.. gw masuk..., gw nggak ngira kalo nama gw di cantumin sebagai salah satu kandidat sama anak kelas tiga, trus gw di suruh duduk di bangku depan bareng yang laen, mana gw di suruh orasi di depan Aula lagi.., ya... karena gw ngga ada persiapan gw nggak banyak omong, paling cuma bilang gw bakaln siap kalo emang di butuhin di OSIS, tapi.... maksud gw waktu itu bukan untuk menjadi ketua OSIS, tapi siap bantu aja...“ muka serius Adam tampak begitu polos, saya tahu saat itu Adam memang benar benar dalam keadaan bingung, tidak ada niat untuk sombong karena terpilih menjadi ketua OSIS.

Semua teman-teman di sekolah kamipun mengenal siapa Adam, Apa lagi anak-anak kelas tiga yang sering minta bantuan Adam untuk persiapan EBTANAS yang sebagian besar materinya adalah materi kelas dua, memang bukan tidak beralasan meminta bantuan Adam, nilainya begitu menonjok pada pelajaran Fiska dan Ilmu Resep. Dan anak-anak kelas satu mengenalnya sebagai kutu buku belakang sekolah, karena Adam sering terlihat di taman belakan sekolah dengan buku-bukunya. Sedang menurut saya Adam adalah sosok sahabat yang begitu misterius, kadang sikapnya kekanak-kanakan dan lebih sering menyendiri, tidak banyak bicara.

Bagain manapun juga Adam adalah teman seperjuagan saya yang begitu dekat,, Mungkin bagi mereka yang belum pernah mengenal kami, mengira kami bersaudara, walau kami memiliki watak yang berbeda tapi kami hampir selalu hadir bersama, bukan hanya dalam sekolah, juga dalam keseharian, bahkan setelah menamatkan sekolah farmasi saya dan Adam bekerja di sebuah perusahaan farmasi yang sama dan berhenti pada saat yang bersamaanan dengan alasan yang sama, „kuliah“ . Dan kini kami kuliah di tempat yang sama, tinggal satu rumah.

Sebagai teman yang paling dekat dengannya saya merasa ikut bertanggung jawab dengan segala perubahan yang terjadi dengan diri Adam. Tanpa sepengetahuan Adam saya mencoba menghubingin teman teman di Kassel melalui telepon, setidaknya saya bisa tahu aktifitas apa saja yang dilakukan Adam selama di Kassel, tapi hasilnya belum juga menunjukan jalan terang,

“ wah.., yang gw tau Adam disini cuma numpang tidur, paling-paling bangun cuma buat makan trus baca buku sambil tiduran, emang kenapa sih..?“

„nggak papa sih.., cuma koq sehabis dari Kassel Adam jadi lebih sering diem“

„lah..?! bukannya dari dulu juga Adam emang pendiem..?“

“Iya…, tapi koq jadi aneh gitu..!”

“aneh gimana, maksud loe..?”

“ya…, aneh aja.., oke deh thanks ya.., gw masih ada kerjaan nih”

Temen temen yang lain juga cuma bisa ngasih jawaban yang sama. Selama di Kassel Adam cuma tidur dan makan, nggak ada aktifitas yang aneh atau apalah.., Percuma menanyakan hal ini kepada mereka, karena Adam memang agak tertutup. Jika ada seorang sahabat yang sangat dekat dengannya, itu adalah saya.

Karena tidak banyak hal yang bisa saya lakukan, kecuali hanya bersikap seperti biasa.,”toh Adam adalah Adam, sosok sahabat yang sedikit misterius”. Sebenarnya masih ada satu cara yang bisa memecahkan teka teki ini, “Tulisan Adam”,.Selain membaca, Adam juga sangat suka dalam kegiatan menulis, beberapa tulisannya biasanya merupakan isi hatinya, kadang berupa puisi, cerpen, ataupun tulisan tulisan bebas. Tapi untuk bisa membaca tulisannya saya sedikit ragu, saya hawatir Adam akan tersinggung. Tapi rasa ingin tahu itu lebih besar, “Ada apa dengan Adam..?”

Setelah hampir lima hari Adam diam dirumah akhirnya dia harus ke luar rumah untuk pergi belanja. Untuk menghemat pengeluaran memang kami sengaja membagi jadwal belanja, dan minggu ini giliran Adam untuk belanja, dan seperti biasa Adam mengajak saya untuk menemaninnya. “temenin belanja yuk...!, males nih jalan sendiri..,” . Dengan pura-pura sibuk saya menolak ajakan Adam, telah bulat tekat untuk mengetahui segala rahasia dibalik perubahan Adam, “duh.. sorry deh.., gw lagi nggak enak badan neh.., mana gw lagi nyalin catetan semester kemaren nih..” jawabku, berharap Adam tidak terus membujuk untuk di temani. “Oke deh.. gw jalan dulu ya..!” akhirnya pergi juga Adam.

Dengan hati-hati saya intip dari jendela, Adam kelihatannya sudah pergi. Dengan tergesa saya segera menuju meja belajar Adam, buku-buku tanpa tersusun rapi, majalah, novel, buku catatan tertata di pojok kiri meja, sedang kertas kertas file tersusun di laci. Satu persatu saya bolak balik kertas HVS yang tersimpan di laci meja belajarnya. Beberapa file saya temukan, satu persatu saya buka file-file tersebut. Tapi yang saya temukan hanyalah file-file dari beberapa materi kuliah, tidak ada satupun jawaban yang bisa memecahkan teka teki Adam.

Rasa ingin tahu masih terus menggangu pikiran, dengan rasa penasaran saya coba membuka buku-buku catatan Adam. Di samping buku-buku catatan Adam, saya temukan beberapa majalah dan artikel, satu persatu saya baca judul artikel-artikel tersebut, “Bekerja Sama Mengurus Rumah Tangga” , “Bijak Menyikapi Proposal Nikah” , “Multi Peran Suami” , “Biarkan Anak Belajar Memahat” , dan beberapa buku tentang nikah..”Ya..Allah..!, inikah jawabanya...?” Beberapa tulisan tangan Adam terselip di antara artikel artikel tersebut,


Kupeluk ia dengan sepenuh-penuh rindu
Namun terobatikah rindu setelah itu?
Kukecup bibirnya demi melepaskan tuntutan gejolak hati
Namun ia semakin menjadi-jadi
Sepertinya kegelisahan jiwa tak bisa terobati
Kecuali jika kedua nyawa ini bertemu (dalam ikatan suci)
“Ibnu Ar Rumi”




"Dan nikahkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak nikah di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui" (An Nur: 32)

" Barang siapa telah mempunyai kemampuan untuk menikah kemudian ia tidak menikah maka dia bukan termasuk umatku"(HR. Thabrani dan Baihaqi)

Jika ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik terlebih dahulu. Jika ingin mendapatkan istri yang salehah, jadikan diri anda saleh terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana anda menuntut istri anda sekualitas Fatimah, sedangkan anda sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin anda berharap istri anda setabah Sarah dan Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita yang kaji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An Nur: 26)


Dan beberapa tulisan yang entah dikutip dari mana atau tulisan pribadinya, hampir semuanya bertema Nikah, Inikah yang membuatmu berubah Adam..?, inikah yang kau cemaskan akhir akhir ini..?, inikah yang kau bingungkan saat ini..?.

Sekilas terlintas sosok Adam dalam benak, sosok yang begitu misterius, pendiam, dan kadang kekanak-kanakan. Sosok yang telah menjadi sahabat saya lebih dari 10 tahun kini sedang resah dengan pernikahan. Sungguh di usianya yang menginjak 23 tahun Adam telah berpikir untuk menikah. Di sela sela kesibukan kuliahnya Adam telah mencoba untuk menggenapkan setengah dari Dien-nya.

Maafkan saya Adam.., entah apa yang harus saya lakukan sekarang untuk membantumu, karena saya sendiri tidak memiliki ilmu tentang ini, hanya do’a yang saya bisa bantu untukmu sahabatku Adam. Semoga Allah memberika yang terbaik untukmu, semoga Allah menjawab Istikharahmu.

Tak terasa titik bening air mata keluar dari mata ini, beberapa tulisan Adam dan beberpa kutipan hadis dan Ayat Al-Quran begitu mengoyahkan hati. Saat pertanyaan ini telah terjawab, kini justru timbul pertannya baru dalam hati, pertannyaan yang sangat meresahkan pikiran, “Apakah saya telah siap untuk menikah…?”



Ostanlage. 20.Maret.2004.
Giessen-Germany

Telah di publikasikan di Prayoga.net , Sarikata.com