Udara dingin memaksa dirinya untuk duduk diam dalam aula besar wonheim, memang sebenarnya tidak ada niat untuk meninggalkan gedung berlantai 5 itu, bayang bayang satu tahun terakhir begitu indah menari nari dalam ingatanya.......
Dinginya udara Winter...., kehangatan....., kebersamaan...., riuh penghuni wonheim...., kekacauan...., rasa resah..., bimbang..., takut..., Harmonis keluarga baru yang terbentuk tanpa Gesetz berputar kembali memaikan dirinya dalam lamunan Panjang.....,
Dari dalam Aula itu pandanganya menembus jendela besar, dengan lemahnya menatap gedung FH yang berdiri tepat di belakan wonheim....,
ya..., memang jarak Wonheim dan FH hanya dipisahkan oleh gedung Sporthalle, lapangan olah raga dan taman kecil,
Rasa haru...., dengan mata yang sembab dia hanya terus menatap gedung FH, tanpa dia bangkit dari duduknya...,
Entah apa yang harus dia Ucapkan ......, kata kata apa yang pantas dirangkaikan, ...lamunannya belum juga berhenti mengenag semua dalam kebisuan ruangan besar.
Tiupan angin semakin membuat udara terasa dingin, sedingin es yang ada di Kulschrank Wonheim (he...he...he...).
Dia biarkan jendela terbuka lebar, dia biarkan rasa rindunya membeku dalam kenangan, dia biarkan film film ingatannya terus berputar di mata., aroma udara dingin menembus batasan waktu.
Seandainya dia bisa membagi dirinya.....,
dia biarkan sebagian dirinya diam dalm kenangan....,
dia biarkan sebagian dirinya terus melanjutkan jalan cerita yang telah terbentuk satu tahun terakhir ini
Tapi......
dia hanya bisa diam....,
tak ada alasan untuk terus duduk dalam lamunan, dia harus segera meninggalkan Aula Wonheim.
Menutup semua kenangan yang ada...........
Dia langkahkan kakinya dengan lemah menuju Bahnhof, tak banyak lagi waktu untuk mengobati rasa rindunya, dalam 15 menit kereta yang akan membawa dirinya ke Frankfurt(Main) segera meninggalkan kota kenangannya
Selamat tinggal kawan...................
(dalam kenangan kota kecilku Köthen)
Dinginya udara Winter...., kehangatan....., kebersamaan...., riuh penghuni wonheim...., kekacauan...., rasa resah..., bimbang..., takut..., Harmonis keluarga baru yang terbentuk tanpa Gesetz berputar kembali memaikan dirinya dalam lamunan Panjang.....,
Dari dalam Aula itu pandanganya menembus jendela besar, dengan lemahnya menatap gedung FH yang berdiri tepat di belakan wonheim....,
ya..., memang jarak Wonheim dan FH hanya dipisahkan oleh gedung Sporthalle, lapangan olah raga dan taman kecil,
Rasa haru...., dengan mata yang sembab dia hanya terus menatap gedung FH, tanpa dia bangkit dari duduknya...,
Entah apa yang harus dia Ucapkan ......, kata kata apa yang pantas dirangkaikan, ...lamunannya belum juga berhenti mengenag semua dalam kebisuan ruangan besar.
Tiupan angin semakin membuat udara terasa dingin, sedingin es yang ada di Kulschrank Wonheim (he...he...he...).
Dia biarkan jendela terbuka lebar, dia biarkan rasa rindunya membeku dalam kenangan, dia biarkan film film ingatannya terus berputar di mata., aroma udara dingin menembus batasan waktu.
Seandainya dia bisa membagi dirinya.....,
dia biarkan sebagian dirinya diam dalm kenangan....,
dia biarkan sebagian dirinya terus melanjutkan jalan cerita yang telah terbentuk satu tahun terakhir ini
Tapi......
dia hanya bisa diam....,
tak ada alasan untuk terus duduk dalam lamunan, dia harus segera meninggalkan Aula Wonheim.
Menutup semua kenangan yang ada...........
Dia langkahkan kakinya dengan lemah menuju Bahnhof, tak banyak lagi waktu untuk mengobati rasa rindunya, dalam 15 menit kereta yang akan membawa dirinya ke Frankfurt(Main) segera meninggalkan kota kenangannya
Selamat tinggal kawan...................
(dalam kenangan kota kecilku Köthen)
No comments:
Post a Comment