Sunday, December 12, 2004

Nikmat Yang Banyak

Udara yang memberikan kehangatan di kota Giessen, membuat hampir seluruh warga keluar untuk menikmati keindahan kota pada saat sommer. Pusat kota berubah menjadi lautan manusia, hampir tidak ada ruang yang tersisa, dari sudut jalan hingga bangku bangku taman. Di antara keramaian aku hanya duduk sendiri di bawah rindangnya pohon, menikmati riuhnya keramaian, memperhatikan lalu lalang manusia.

„hei.., junge man, was machst du hier?" tanya seorang nenek. Dengan dibantu tongkat dia berjalan bersama seorang laki laki yang juga sudah di penuhi uban, aku hanya tersenyum.

„nichst..!" jawabku, mereka juga tersenyum dan terus berjalan menjauh. Mungkin usia mereka sudah lebih 70 tahun, tapi tetap terpancar kesejukan dari wajah mereka. Entah mungkin hidup tanpa beban. Aku terus memperhatikan mereka yang terus menjauh dan menghilang dalam keramaian. Bayang bayang mereka yang tengelam dalam lautan manusia terus terpuruk dan benar benar lenyap. Aku tetap duduk dibangku memperhatikan keramaian kota yang mulai senyap,

Dari arah belakang seorang gadis muncul secara tiba tiba, aku hanya memandangnya secara sekilas tidak memperdulikan kehadirannya. Dia terus mendekat hingga berhenti di hadapanku.

„nama kamu siapa" tanyanya dengan senyuman, ku perhatikan selembar kain di kepalanya hampir menutupi setengah wajahnya,.

„rohman" jawabku dengan singkat.

„ typische Name, kamu bisa bahasa arab..?" Kini gadis itu duduk disebelahku, aku tidak memperdulikannya.

"tidak"

"tapi kamu bisa membacanya bukan..?"

„ja.., hanya membaca, tapi saya tidak mengerti"

Dia tersenyum dan duduk tepat disamping, aku hanya diam, sesaat kemudian dia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah Al-Quran, diletakkanya al-Quran tersebut di atas meja tepat di depan kami, jari telunjuknya berjalan menunjukan baris baris ayat yang tertulis, dia mulai membaca "Inna ‘athoina kalkausar".

Hanya satu ayat saja yang dia baca lalu diam kemudian tersenyum.Tapi apa yang dia baca tidak sama dengan apa yang tertera, bahkan jari jarinya berjalan ke arah kanan. entah apa maksudnya. Dia terus tersenyum, aku tetap diam, lidah terasa kaku badanku sedikit begetar karena gugup.

„tulisan arab di baca dari arah kanan" ucapku dengan kaku

Lagi lagi dia tersenyum lalu mengubah posisi duduknya hingga merapat. Jantungku tiba tiba berdenyut dengan cepat, sekali kali kulirik wajah, tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

„coba kamu baca" di letakannya Al-quran di hadapanku. Aku ucapkan basmallah
"Bismillahihirohmanirohim"

Belum lagi aku memulai membaca, tiba tiba dia menutup ayat dengan jari jarinya,

"hei.., bagai mana saya bisa baca, jika kamu menutupnya..!?" ucapku dengan sedikit kesal "saya bukan seorang hafidz..!, saya tidak hafal Al-Quran.!".

Dia hanya tersenyum, dimasukannya AL-Quran kedalam tasnya.kulirik wajahnya, tapi hanya garis garis merah dipipinya yang tampak. Dia merapat, mendekatkan wajahnya kearah telingaku sambil berbisik „Apa kamu mau apa bila ada seseorang yang selalu mengingatkan" sesaat hening,kulihat dia terus tersenyum, "abi, saatnya belajar mengaji" lanjutnya.

Aku diam kemudian menganguk, tak ada kata kata yang keluar dari mulut. Aku mencoba mencerna ucapannya, tapi hanya kebisuan yang ada. Gadis itu bangkit dan meninggalkanku yang terus terdiam dalam kekacauan, dia terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Hanya kebingungan yang dia tinggalkan.

Aku bangkit, kucoba mengejar gadis itu. Rasa lelah tidakku pedulikan tapi dia terus berjalan dan semakin jauh. Aku terus berlari berusaha mengejar bayang bayangnya, saat ini aku hanya ingin tahu „siapa gadis itu..?" aku terus berlari mengejar walau beberapa kali harus terjatuh. .

Dalam kesunyian terdengar suara adzan, aku terbangun palaku sedikit pening. Kuedarkan pandanganku, hanya ada hamparan buku dan kertas kertas yang berserakan.Kucoba mengingat apa yang terjadi,"Gadis itu.?",siapa gadis itu...?" aku mencoba coba menerka siapa dia, tapi hanya kekacauan saja yang ada, palaku semakin pening.

Dalam keheningan subuh kubaca dan mencoba memahami ayat demi ayat, „Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak". Dalam ruku,sujud hingga salam masih terbayang apa yang gadis itu bacakan, ucapanya masih menyimpan kekacauan dalam pikiran. „siapa gadis itu..?, mengapa dia hadir dalam mimpi.. ? "


Thursday, December 09, 2004

Göttingen 27-28. November

yah.., perjalanan Giessen-Göttingen lalu cukup memberikan kesan tersendirin. Akhirnya saya bisa mendengar banyak cerita, banyak pengalaman hidup, banyak nasehat dari temen temen. Seorang Jendral yang keras dan Puistis, belum lagi yang lainnya. cukuplah saya menjadi pendengar. he..he..he.., mencoba memulai dengan hidup baru sebagai seorang "Manusia".
Hidup sebagai seorang "Manusia", ya.. saya ingin memulai hidup sebagai seorang "Manusia" yang bisa menangis, tertawa, tersenyum, marah, bangga, kecewa, berkumpul dalam kehidupan Manusia. "Saayaaa Inginn Menjadi Manussiiiaaa....!"



Kiri Ke Kanan : Mochamad Apri, Jendral, Budi S., me, Dedy


Satria Baja Hitammm... "Berubah...!"

Sunday, November 14, 2004

Selamat Hari Raya IEDUL FITRI 1425 H.


Taqaballahu minna waminkum.
Temen temen nggak kerasa Ramadhan udah tinggal kenangan aja. Rasa kecewa karena belum bisa maksimal beribadah di bulan Ramadhan, rasa sedih karena Ramadhan kali ini terasa hambar. Rasa takut akan tidak berjumpa lagi dengan Ramdhan mendatang.
Jujur and jujur aja, Ramadhan kemarin buat saya terasa sepi, bukan karena tinggal di pelosokan yang membuat terasa sepi. Tapi "HATI" ini koq rasanya begitu kaku. Badan terasa lemah, pikiran kacau.
Tapi ada yang membuat saya bahagia di akhir Ramadhan kemarin, ada yang membuat saya bisa tersenyum. Semoga kebahagiaan ini bisa bertahan hingga Ramadhan depan.
Sekali lagi saya ingin mengucapkan:
"Mohon maaf lahir dan batin, Taqaballahu minna waminkum. Semoga Allah menerima segala amalan2 kita dan semoga kita kembalisuci amin."
Syawal 1425 H.

Monday, November 01, 2004

Slimzora :: Slim Jinzora Interface


Ust Muhd Nuruddin Al Banjari Al Makki

Slimzora :: Slim Jinzora Interface
Di sini Kamu kamu bisa mendengarkan Nasyid yang bagus bagus, dari Nasyid Kanak Kanak, dan bahkan juga ada Kumpulan Ceramah dari Ust. Aqeel Hayy, Ust Fisol, Ust Muhd. nuruddin Al Banjari Al Makki sampe Tazkirah Ust. Aa Gym.
Met' menikmati

Sunday, October 31, 2004

Kuda (belum selesai)

Udara terasa begitu dingin, tetesan air hujan yang semakin deras membuat malam terasa begitu sepi. Pukul 23:55 Kereta dari arah Frankfurt akhirnya tiba, segera ku kayuh sepeda menuju gerbong depan. Sepeda ku biarkan tersandar sementara aku mencari tempak duduk di bagian atas gerbong. Lampu lampu terlihat seolah olah berkelap kerlip akibat gerak kereta yang begitu cepat. Perjalanan akan terasa begitu lama, karena antara Bad Nauhem hingga Giessen kereta harus berhenti di beberapa stasiun stasiun kecil.

Layar penutup jendela kereta kuturunka, memang sengaja agar pikiranku tidak terus melayang melihat pemandangan di luar. Buku saku Juz Amma mulai kubaca, perlahan menghayati makna makna arti semua tulisan yang ada, hingga aku terdiam pada surat Al' Aadiyaat

"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah -engah"
"dan Kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)"
"dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,"
"maka ia menerbangkan debu,"
"dan menyerbu ke tengah tengah kumpulan musuh"

kubaca berulang kali lima ayat pertama surat Al'Aadiyaat, perlahan otakku berputar mencoba memaknai arti tulisan tersebut. Dalam pikiran hanya terbersit "seekor kuda yang gagah, yang terus berlari sekuat tenaga, tak peduli lelah hingga terengah-engah". Kubaca lagi secara perlahan kata demi kata, kalimat demi kalimat.
.
"dan Kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)"
"dan kuda yang menyerang dengan tiba tiba di waktu pagi"
"maka ia menerbangkan debu"
Begitu tangguhnya hingga setiap derap langkahnya menumbuhkan semangat yang besar. Dan kehadirannya menerbangkan dan menyinkirkan debu debu ( yang tak bernilai).
.
"dan menyerbu ketengah tengah kumpulan musuh"
.
"Astaghfirullah, keterlaluan sekali" batinku mengumpat, begitu beraninya mencoba mengartikan ayat ayat suci tanpa pengetahuan sama sekali,. Mencoba mengartikan kata demi kata layaknya sebuah tulisan biasa. Segera kumasukan Zuj Amma kedalam tas.
.
Sambil mengisi kekosongan ku mainkan tombol tombol HP, tadi pagi ada sms dari rumah , ku buka layar messeng. "Aa Ilham gmn koq dah lama g da kbrnya.Disini Almd4JJI Baik2x aja.Krng dah juz brp. skrg dah mlm k 16 loh. Saumnya dah da yg blg g." Aku hanya tersenyum kecut, entah kapan terakhir kali mengirim kabar ke rumah.
.
Mula mula hampir setiap minggu aku kirim kabar ke rumah, dan bahkan juga teman teman di masa sekolah, baik telpon, email atau sekedar kirim sms. Tapi dalam hitungan bulan mulai jarang dan bahkan entah kapan terakhir kirim kabar. Bukan karena fasilitas yang kurang, apa lagi di negeri Jerman yang serba ada. Tidak sulit jika hanya sekedar mengirim e-mail, tapi entah rasanya sulit untuk merangkai kata menjadi sebuah kalimat.
.
2 Tahun lebih di rantau rasanya begitu lama, putaran roda waktu yang terus bergulir meninggalkan mereka yang hanya duduk terdiam. Dan aku disini seperti dalam pengasingan, sendiri hanya menjadi pendengar yang tak bisa berbuat apa apa. "ya hanya pendengar" . 2 Tahun lalu aku mendengar Kakaku telah menikah, dan aku hanya bisa mengirim ucapan selamat, selang setahun aku telah memiliki keponakan. Tak berapa lama Kakaku yang kedua menyusul menghadiahkan aku seorang keponakan yang gagah. Tapi sayang aku belum bisa memeluknya.
.
Takdir memang telah di gariskan, bahwa aku disini hanya menjadi seorang pendengar. Disaat sepupuku harus tegar untuk bisa merawat buah hatinya seorang diri, " ya.., suami yang di harapkan menjadi teman hidup harus lebih dulu meninggalkan kehidupan". Aku hanya bisa berdo'a dan tidak lebih.
.
Pukul 00:25 , 3 menit lagi kereta tiba di stasiun Giessen, segera ku turuni tangga menuju gerbong bawah. Ku ambil sepedar yang tersandar, sambil menunggu kereta berhenti aku berdiri di depan pintu keluar.

to be continue (blom selesai)

Wednesday, October 27, 2004

Dasar Abu

Sekedar blog

Malem udah bener bener malem, bulan yang hampir purnama menyorot mengintai seluruh mahluk bumi yang sedang asik bergelut dengan dunia mimpi mimpi malam. Perlahan lahan Abu membuka pintu kamarnya, pukul 00:28 Abu baru pulang.

Sengaja abu tidak menyalakan lampu Floor, dengan meraba raba berjalan menuju dapur, perut yang baru sempat diisi roti sejak buka puasa tadi udah minta nuntut haknya lagi untuk diisi. Beras di masukan ke dalam rice cooker, wajan di taro di atas Elektroherd. Seperti menu sebelumnya antara Nasi Goreng, Mie rebus , atau telur dadar.

"yeh gagal..." abu ngedumel, telor dadar yang ancur lebih mirip bubur telor dari pada telor goreng. "dasar nggak bisa masak". sambil menunggu matangnya nasi. Komputer dinyalakan, iseng iseng baca baca email sekaligus chating, "Bandung2", sambil ngobati rasa kangen ngobrol pake bahasa sunda lewat layar maya.

to be Continue

Saturday, October 23, 2004

Muak

Saya memang bukan seorang petualang tapi entah mengapa begitu indah bisa berjalan sendiri diantara keterasingan dalam kesendirian. Ini bukan yang pertama bagi saya untuk hidup sendiri dalam ruang ruang kekosongan. Acap kali ketika kesuntukan datang menyerang, rasa sakit pasti menyertain dalam bayang bayang kekacauan.

Seperti saat ini dalam ruang kamar yang penuh sesak dengan bau aroma kebusukan, kekacauan. jangankan untuk dapat memejamkan mata dengan tenang, berdiri diam saja sudah membuat perut mual, muak ingin menhjirup udara segar kebebasan.